Berbagai gejolak kehidupan sastra Indonesia dewasa kini, entah itu dengan gagah berani ataupun rendah hati muncul tanpa mengklaim diri sebagai lahirnya "babak baru", sadar atau tidak ternyata masih belum mampu menghadirkan kegairahan estetik. Kalaupun ada kegairahan estetik, selalu terlambat diketahui (apalagi ditelaah) karena sikap para pembesar sastra (baca: kritikus) 'terlalu sibuk' dengan …
Bila Layla taman melati di musim semi, Majnun, padang rumput di musim gugur. Bila dari balik rambutnya Layla memikat dunia dengan sekali kerlingan, Majnun menjadi pengembara yang menari dalam kegilaan. Layla memegang secawan anggur, Majnunmabuk aromanya, bahkan sebelum mencecap isinya. Layla menanam serumpun mawar, Majnun menyiraminya dengan air mata. Bila kau tahu hakikat seorang pencinta, ka…
Kumpulan esai ini ibarat sebuah mosaik. Esai-esai pendek di dalamnya merupakan refleksi tentang sejumlah persoalan sastra, budaya, hingga situasi politik kontemporer : dari upaya-upaya mengenang berbagai nama dan peristiwa sebagai ikhtiar melawan lupa hingga tanggung jawab kaum intelektual di tengah kebangkrutan kolektif kita sebagai bangsa dan manusia.
Cerpen-cerpen Danarto bisa bermula dari kehidupan sehari-hari, lalu tersesat di dunia entah yang tidak dikenali. Ia membawa kita menjelajah dunia yang tak nyata. Nikmatilah kumpulan cerpenya yang memberi warna baru dalam khazanah sastra ini.
The Count of Monte Cristo adalah buku lezat, penuh intrik, adegan pertarungan besar, cinta, gairah, dan sindiran sosial cerdasa. Dumas memiliki pemahaman yang indah dari sifat manusia dan bakat untuk merangkai semua kebodohan manusia menjadi prosa tajam yang menarik. Meskipun buku ini terlihat tebal, anda akan merasa seolah-olah terlalu pendek saat anda sampai ke halaman terakhir.
Roman ini merkam dengan elegan golak revolusi Indonesia pascaproklamasi. Tapi bukan dari optik "orang-orang besar dan orangt-orang tua", melainkan seorang perempuan. Larasati namanya. Seorang aktris panggung dan bintang film yang cantik. Dari kisah perjalanan perempuan inilah melela sebuah potret keksatriaan kaum muda merebut hak merdeka dari tangan-tangan orang asing.